TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana meragukan kasus keracunan 140 siswa SMPN 8 Kupang, Nusa Tenggara Timur disebabkan karena menyantap menu makan bergizi gratis atau MBG. Menurut dia, secara kronologis terdapat jeda waktu yang cukup lama antara waktu siswa mengkonsumsi MBG hingga gejala keracunan yang mereka rasakan.
Dadan menyebut siswa menikmati sajian makan bergizi gratis pada Senin siang, 21 Juli 2025. Sementara siswa baru merasakan gejala keracunan berupa diare dan muntah-muntah itu pada keesokan harinya atau Selasa pagi. "Ada jeda 21 jam sampai anak-anak sakit," kata dia saat dihubungi pada Jumat, 1 Agustus 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, keracunan massal yang hanya terjadi SMPN 8 menambah kuat keraguan Dadan. Alasannya, di sekolah lain yang juga dipasok oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang sama tidak ada peristiwa apa pun. "Makanan MBG di SMP 8 di-setop sementara sekolah lain lanjut," kata dia.
Fakta lain, Dadan menceritakan pada 30 Juli 2025, sebanyak 15 siswa SMPN 8 kembali dilarikan ke rumah sakit karena keracunan. Padahal program makan bergizi gratis di sekolah tersebut sudah dihentikan sejak 22 Juli 2025. "Berarti bisa simpulkan sendiri?" kata Dadan ketika Tempo bertanya ihwal penyebab keracunan. "Kejadian membuktikan," tuturnya lagi.
Sebelumnya, sebanyak 140 siswa SMPN 8 Kupang, Nusa Tenggara Timur diduga keracunan saat mengkonsumsi menu MBG. Mereka yang mengalami gangguan kesehatan berupa diare dan muntah-muntah itu dirawat di tiga rumah sakit terdekat, antara lain RSUD SK Lerik, RSU Mamami, dan RS Siloam pada Selasa pagi, 22 Juli 2025.
Guru piket SMPN 8 Kupang, Brigina, membenarkan bahwa gejala awal mulai terlihat saat proses belajar mengajar pagi berlangsung. Banyak siswa dari kelas VII hingga IX mengeluh mual, muntah, dan bolak-balik ke kamar mandi.
Brigina juga mengungkapkan bahwa sejumlah siswa sudah mengeluhkan rasa tidak nyaman sejak malam sebelumnya. Gejala seperti mual, sakit perut, dan diare mulai dirasakan setelah makan siang MBG yang terdiri dari lauk rendang, sayur kacang panjang campur wortel, tahu, dan pisang.
"Dari rumah mereka sudah mengeluh, semalaman bolak-balik kamar mandi. Pagi tetap berangkat ke sekolah, tapi di sekolah kondisinya memburuk, mereka menangis dan berteriak kesakitan," kata Brigina saat ditemui pada Selasa, 22 Juli 2025.
Saat ini, untuk mengetahui penyebab pasti keracunan, pihak sekolah dan Badan Gizi Nasional masih menunggu hasil investigasi Dinas Kesehatan Kupang serta hasil uji laboratorium oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).