Liputan6.com, Jakarta - Banyak laki-laki bertanya-tanya apakah tinggi badan masih bisa bertambah setelah usia 21 tahun? Pertanyaan ini wajar muncul, terutama ketika melihat teman sebaya yang tampak terus tumbuh lebih tinggi. Secara umum, pertumbuhan tinggi badan memang melambat drastis menjelang umur 18 s.d 20 tahun. Namun, jawabannya tidak sesederhana itu.
Tinggi badan ditentukan oleh kombinasi genetik dan lingkungan. Faktor genetik menyumbang hingga 80 hingga 90 persen variasi tinggi badan seseorang. Artinya, riwayat tinggi dalam keluarga memiliki pengaruh sangat besar terhadap tinggi akhir, seperti dikutip dari Health pada Selasa, 19 November 2025.
Sebagian besar laki-laki mencapai tinggi badan dewasa pada umur sekitar 18 tahun. Meski begitu, masih ada yang terus bertambah tinggi hingga usia 20 tahun, bahkan awal 20-an dalam kasus tertentu. Hal ini berkaitan dengan waktu penutupan lempeng pertumbuhan (growth plate) yang berada di ujung tulang panjang.
Selama lempeng pertumbuhan ini belum sepenuhnya menutup, tubuh masih bisa tumbuh lebih tinggi. Setelah lempeng ini menyatu, pertumbuhan tinggi berhenti total.
Biasanya, lempeng pertumbuhan pada laki-laki menutup antara umur 14 hingga 19 tahun, tapi setiap orang berbeda.
Karena adanya variasi individual inilah sebagian kecil laki-laki masih memiliki peluang tumbuh hingga usia 21 tahun. Meski demikian, pertambahan tinggi biasanya sangat kecil dan tidak signifikan.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tinggi Badan Laki-Laki
Pertumbuhan laki-laki dipengaruhi kombinasi faktor genetik dan lingkungan, seperti riwayat keluarga, kualitas tidur, nutrisi, hingga kondisi kesehatan tertentu.
Genetik dan Lingkungan
Beberapa hal yang berperan besar dalam menentukan tinggi badan antara lain:
1. Sifat poligenik
Tinggi badan dipengaruhi oleh banyak gen dari kedua orangtua. Penelitian menunjukkan bahwa genetika menjadi faktor terbesar penentu perbedaan tinggi sekitar 80 s.d 90 persen.
2. Nutrisi
Faktor terbesar kedua setelah genetika adalah nutrisi. Malanutrisi pada masa kecil atau saat kehamilan, berdampak pada pertumbuhan. Hal ini dapat menyebabkan tinggi badan lebih pendek.
3. Tidur
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidak cukup tidur selama masa pubertas juga dapat memengaruhi tinggi badan secara keseluruhan, meski bukti ilmiahnya masih beragam.
4. Obat-obatan
Obat-obatan stimulan untuk attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), dapat memperlambat pertumbuhan diawal. Namun, dampaknya pada tinggi badan secara keseluruhan masih belum jelas.
5. Status ekonomi
Anak dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang lebih tinggi cenderung tidak mengalami kekurangan gizi dan memiliki akses nutrisi yang cukup, yang mendukung pertumbuhan.
Kondisi Kesehatan yang Memengaruhi Tinggi Badan
Beberapa kondisi yang dapat menentukan tinggi akhir meliputi:
1. Kondisi genetik
Kondisi genetik tertentu dapat memengaruhi tinggi badan, seperti marfan syndrome dapat membuat seseorang lebih tinggi. Di sisi lain, down syndrome dan turner syndrome dapat menghambat pertumbuhan.
2. Kondisi endokrin
Ketidakseimbangan hormon seperti hipotiroidisme atau hipopituitarisme dapat menghambat pertumbuhan karena tubuh memproduksi lebih sedikit hormon pertumbuhan.
3. Penyakit kronis
Kondisi seperti kanker, penyakit jantung, atau artritis dapat meningkatkan risiko hambatan pertumbuhan.
4. Skeletal dysplasia
Kelompok kondisi yang memengaruhi pertumbuhan tulang dan sendi, termasuk stenosis tulang belakang atau kifosis yang dapat menurunkan tinggi badan.
5. Pubertas dini
Pubertas sebelum usia 9 tahun menyebabkan pertumbuhan cepat di awal, lalu melambat, sehingga tinggi dewasa bisa lebih pendek dari rata-rata.
Pertumbuhan Setelah Usia 18 Tahun
Laki-laki biasanya berhenti tumbuh antara umur 14 s.d 19 tahun. Namun, beberapa orang tetap tumbuh hingga usia 20-an, yang dapat terjadi karena:
- Keterlambatan penutupan lempeng pertumbuhan: Bisa terjadi pada mereka yang memiliki defisiensi aromatase, zat yang membantu pembentukan hormon estrogen, hormon yang juga berperan penting dalam pertumbuhan tulang pada laki-laki.
- Gigantisme: Meningkatkan hormon pertumbuhan dan biasanya membuat penderita terus bertambah tinggi hingga sekitar usia 23 tahun.
- Hemokromatosis: Kondisi genetik di mana terjadi penumpukan zat besi yang dapat menyebabkan kerusakan organ dan pertumbuhan tambahan pada orang yang memiliki kondisi tersebut.
- Akromegali: Kondisi langka yang membuat kelenjar pituitari memproduksi hormon pertumbuhan berlebih sehingga jaringan dan tulang tumbuh lebih besar.
Jadi, apakah laki-laki umur 21 tahun masih bisa tinggi? Masih mungkin, tapi peluangnya kecil. Faktor terbesar tetaplah genetik dan apakah lempeng pertumbuhan sudah menutup.
Di usia ini, fokus pada postur tubuh, olahraga, nutrisi, dan gaya hidup sehat lebih realistis dibanding berharap pertumbuhan tinggi yang signifikan.
.png)
2 weeks ago
10
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5020411/original/052485000_1732521335-pexels-ron-lach-8142198.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5435721/original/032849100_1765093057-Lisa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5435684/original/006619900_1765089700-alun_jiw.jpeg)



















