Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh atau pelaku usaha menerima penghargaan Investing On Climate 2025 yang dilakukan oleh para editor ekonomi dan lingkungan. Penghargaan yang digelar di Hall Bursa Efek Indonesia (BEI) diberikan untuk mengapresi aksi dan inisiatif perusahaan yang berinvestasi di bidang iklim.
Perusahaan yang mendapat apresiasi berasal dari berbagai sektor usaha, termasuk perbankan. Di antara tokoh yang diberikan apresiasi adalah Hashim Djojohadikusumo, Utusan Khusus Presiden untuk Energi dan Iklim dan Gubernur Jawa Barat Dedy Mulyadi.
“Penghargaan ini diberikan kepada pelaku usaha dan tokoh yang memiliki perhatian dan telah berkontribusi nyata mencegah perubahan iklim, menurunkan emisi gas rumah kaca,” kata Managing Director Investing on Climate, Umar Idris, melalui keterangan tertulis, Jumat (5/12).
Umar mengatakan krisis iklim di Indonesia telah menjadi kenyataan yang terus menguat menjelang akhir 2025. Intensitas dan frekuensi cuaca ekstrem meningkat di berbagai wilayah, menjadi bukti bahwa perubahan iklim tengah berlangsung. Banjir, tanah longsor, ketidakpastian pola hujan, gelombang panas, hingga kenaikan muka air laut kini menjadi ancaman yang dirasakan masyarakat dari desa hingga kota.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisik (BMKG) mencatat suhu udara rata-rata nasional pada Oktober 2025 mencapai 27,29 derajat celsius, naik 0,33 derajat celsius dari normal klimatologis 1991-2020. Lonjakan suhu ini berbanding lurus dengan meningkatnya bencana hidrometeorologis. Di Pulau Sumatera, curah hujan ekstrem bisa menyamai hujan satu bulan dalam satu hari, memicu banjir besar dan kerugian ekonomi yang besar, diperparah dengan adanya krisis ekologi.
Saat ini, wilayah pesisir, dataran rendah, hingga kawasan perkotaan kian rentan. Kerusakan permukiman, berkurangnya lahan pertanian produktif, dan terganggunya infrastruktur dasar langsung mengancam keberlangsungan hidup masyarakat. Situasi ini menurunkan keamanan pangan, memperbesar risiko bencana berulang, serta berpotensi memicu instabilitas sosial apabila tidak segera diatasi dengan strategi mitigasi dan adaptasi yang terpadu dan berkelanjutan.
Sektor usaha tidak luput dari tekanan. Disrupsi rantai pasok, hambatan distribusi, dan gangguan produksi semakin sering terjadi, mengancam keberlanjutan operasional dan melemahkan daya saing di tengah ekonomi global yang sedang bergerak dengan standar rendah karbon.
Situasi ini menegaskan urgensi investasi pada solusi iklim. Percepatan transisi energi bersih, perlindungan ekosistem, penguatan infrastruktur tahan iklim, serta penerapan model bisnis berkelanjutan harus menjadi prioritas nasional. Langkah-langkah ini bukan hanya melindungi masyarakat dan lingkungan, tetapi juga menjadi fondasi ketahanan ekonomi Indonesia di masa depan.
Menurutnya, arah masa depan akan semakin berorientasi pada keberlanjutan, di mana masyarakat semakin memilih produk serta perusahaan yang ramah lingkungan. Transisi menuju ekonomi rendah emisi justru dapat menjadi motor pertumbuhan baru yang mendorong terciptanya peluang bisnis, menambah lapangan kerja, serta menghidupkan kembali perekonomian secara lebih inklusif dan berkelanjutan.
"Indonesia membutuhkan investasi iklim yang bertanggung jawab dan berkelanjutan di tengah tren dunia untuk melindungi ekologi sekaligus menciptakan peluang ekonomi baru yang turut memperbaiki taraf hidup masyarakat," jelas Umar Idris.
Utusan Khusus Presiden RI untuk Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo, menegaskan komitmen kuat Indonesia dalam memimpin upaya penanggulangan perubahan iklim global saat menjadi pembicara kunci di ajang Investing on Climate by Editors’ Choice Award 2025 yang berlangsung di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan, Jumat (5/12).
Hashim mengingatkan dampak perubahan iklim semakin destruktif dan tidak dapat dihindari apabila kerusakan lingkungan terus terjadi di berbagai wilayah. Ia menegaskan bahwa upaya mitigasi dan edukasi masyarakat harus diperkuat untuk menjaga keberlanjutan bumi bagi generasi mendatang.
"Dampak negatif perubahan iklim yang dahsyat, luar biasa, dan mengakibatkan ribuan korban, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negara tetangga. Dengan sedih saya katakan bahwa ini akan terus-menerus terjadi. This is going to keep on, inevitable, selama manusia, bukan hanya bangsa Indonesia saja tidak menjaga lingkungan," kata Hashim.
.png)
1 day ago
3






















